THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 10 April 2011

Apakah Investasi itu ????

Mengapa orang-orang melakukan investasi?
# Alasannya mudah, sebagian orang yang ingin melakukan investasi tidak hanya bertujuan memperoleh keuntungan, tapi juga untuk menabung dan mengakumulasi dana hari tua atau dana pemdidikan untuk anak-cucunya. Dan biasanya orang yang melakukan investasi lebih berhati-hati untuk menginvestasikan uangnya dan mempertimbangkan batas-batas resiko yang ada.



Tidak hanya menitipkan uang aja investor itu , tapi juga memperhatikan hal-hal lain misalnya apakah perusahaan ini benar-benar bisa mengmbalikan dana kita dan mengembangkannya tidak, dan masih ada hal lainnya....
karena itu kali ini kita coba membahas hal-hal yang berhubungan dengan investasi, karena siapa tahu di masa depannya kita akan melakukan investasi ( amiiinnnn.... )

Orang yang menginvestasikan dananya disebut INVESTOR,
Di sini investor mempertimbangkan tiga objek dasar untuk melakukan investasi
1. Pendapatan ( Income )
Alasannya : Investor yang menitik beratkan orientasinya pada pendapatan ( income ) akan sangat memperhatikan tingkat income sekarang terhadap keseluruhan modalnya.
2. Pertumbuhan modal ( Capital Growth )
Investor yang mempertimbangkan hal ini secara umum akan menetapkan jangka waktu pencapaian objektivitasnya ( Time Horizon ) relatif lebih panjang dan mengevaluasi pertumbuhan kapitalnya dari waktu ke waktu.
3. Mempertahankan modal ( Capital Preservation )
Investor yang mempertimbangkan hal ini akan mencari diversifikasi portofolio yang lebih banyak dalam upaya pengurangan resiko semaksimal mungkin dengan tetap mempertahankan daya belinya.

Tipe Resiko yang dihadapi Investor.

Resiko Sistematik (Dikenal juga sebagai resiko yang tidak didiversifikasi.)
Merupakan resiko yang dipengaruhi oleh sejumlah factor seperti Perubahan Ekonomi, Politik, Perang, Inflasi dan kejadian Internasional lain yang tingkat resiko tersebut tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi portofolio.
Yang termasuk resiko sistematik :
1. Resiko Pasar ( Market Risk )
Resiko ini disebabkan jika pasar investasi menyimpang dari kebiasaan atau siklusnya, factor yang mempengaruhi resiko ini adalah kejadian politik, perubahan ekonomi nasional, regional, atau global dan sentiment ( mood ) dari para investor itu sendiri.
2. Resiko suku bunga ( Interest Rate Risk )
Disebabkan oleh fluktuasi dari tingkat suku bunga. Faktornya penyebab terjadinya resiko ini adalah jumlah dana pinjaman dalam keseluruhan perekonomian sekaligus tingkat permintaan dan penawaran atas dana tersebut, level dari siklus bisnis, inflasi, tingkat batasan suku bunga, kebijakan pajak dan keuangan dan likuiditas managemen dalam perekonomian.
3. Resiko Tarif Investasi ( Reinvestment Rate Risk )
Disebabkan oleh penurunan tingkat suku bunga di pasar pada saat pembayaran ( jatuh tempo ) dari sebuah investasi diterima.
4. Resiko Daya Beli ( Purchasing Power Risk ) / Resiko inflasi.
Inflasi bisa menggerogoti kekayaan seseorang..
Jika sebuah investasi memberikan tingkat pengembalian 5% tapi inflasi di pasar sebesar 4% maka keuntungan bersih dari hasil pengembalian investasi tersebut hanyalah sebesar 1%.
5. Resiko Mata Uang ( Currency Risk )
Tingkat resiko yang harus dihadapi oleh seorang investor atas fluktuasi antara dua atau lebih mata uang yang mempengaruhi tingkat pengembalian investasinya.

Resiko non sistematik. ( Dikenal sebagai resiko yang didiversifikasi )
Menunjukan porsi dari resiko investasi yang dapat dikurangi melalui diversifikasi. Faktor pembentuk resiko ini antara lain adalah kapasitas management, mogok tenaga kerja, kecenderungan konsumen.
Yang termasuk resiko ini adalah :
1. Resiko Bisnis ( Business Risk )
Tingkat resiko yang diasosiasikan dengan kemampuan sebuah perusahaan untuk beroperasi secara menguntungkan.
2. Resiko Keuangan ( Financial Risk )
Perusahaan dengan beban hutang yang berat akan mempunyai tingkat resiko yang lebih besar. Maka resiko ini berhubungan erat dengan laporan neraca keuangan perusahaan.
3. Resiko Cidera Janji ( Default Risk )
Merupakan ketidak mampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajibannya ( membayar hutang ) pada saat kewajiban tersebut jatuh tempo.
4. Resiko Likuiditas ( Liquidity Risk )
Berhubungan dengan ketidakpastian dalam merubah investasi yang ada untuk menjadi kas dalam periode yang relative pendek untuk suatu waktu nyang bisa diperkirakan, pada harga yang relative tetap.

Likuiditas dan Daya Jual
Sebuah asset bisa saja tidak likuid tapi memiliki kemampuan jual yang tinggi.
Apa perbedaannya? Daya jual mengacu kepada kemampuan untuk menjual sebuah asset dengan cepat dalam suatu pasar yang telah siap tapi tidak ada garansi bahwa asset tersebut akan bisa dijual pada harga jual yang wajar. Aset Likuid bahkan bisa tidak memiliki pasar ( mis : kita tidak bisa menjual sebuah cek atau rek tabungan )


Bentuk Investasi
(Investment Vehicle) Likuiditas
(Liquidity) Kemampuan jual
(Marketability) Tipe dari resiko
(Type of risk)
Saving account High N/A Purchasing power / Reinvestment rate
Business partnerships Low Low Market/Business/Financial default
Warrants Moderate High Market/Business
Future contracts Low High Market/Business
Fixed deposits Moderate N/A Purchasing power / Reinvestment rate
Treasury notes and Bonds Moderate High Purchasing power / Interestt rate
Blue chips common Stocks Moderate High Market/Business
High-grade corporate bonds Moderate High Purchasing power / Interest rate
Other common stocks Low High Market/Business/Financial
Other corporate Bonds Low Moderate/High Business/Financial/Interest rate/default
Put and call options Low High Market/Business
Real estate Investment Low Low Market/Business/Financial
Tangible (hard) assets Low Low Market


Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Toleransi Resiko Investor
 Tujuan yang spesifik,
 Jangka waktu
 Pengetahuan tentang investasi
 Kepribadian
 Kondisi pasar terkini
 Kondisi keuangan terkini
 Faktor umur
 Pendapat atas investasi

Tipe dan Karakteristik dari Hasil Investasi

Peningkatan Atas Modal ( Capital Appreciation )
Kita mengenal tiga kerangka waktu investasi:
 Jangka pendek ( short term ) – kurang dari satu sampai tiga tahun
 Jangka menengah (intermediate term ) – antara tiga sampai tujuh tahun
 Jangka panjang ( long term ) – lebih dari tujuh tahun
Investor yang memilih kerangka waktu hasil investasi jangka pendek biasanya akan lebih agresif. Investor dengan karakter seperti ini akan bisa menerima tingkat resiko lebih besar atau sesuatu yang berbau spekulasi. Mereka yang memilih jangka waktu menengah untuk pengembalian investasinya akan bersifat antara kurang agresif hingga moderat. Sementara individu yang lebih memilih untuk menghindari resiko ( risk averse ) kemungkinan besar tidak akan berinvestasi dalam porsi yang relative kecil untuk jangka waktu yang lama.

Pendapatan ( Income )
Pendapatan biasanya didistribusikan dalam tiga bentuk;
 Dividen
Adalah bentuk pembagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Dividen dapat dibayar dalam bentuk kas, saham tambahan, kupon ( scrip ) atau bahkan dalam bentuk barang kepemilikan atau produk perusahaan (tapi ini sangat jarang )
 Bunga ( interest )
Adalah biaya atas pinjaman uang yang dinyatakan dalam bentuk kurs/tariff tertentu untuk satu periode waktu tertentu.
 Sewa ( rent )
Adalah pendapatan yang berasal dari hasil pembayaran sewa atas harta kepemilikan seseorang

Peningkatan Modal dan Pendapatan.
Pasar menawarkan begitu banyak instrument investasi yang mampu memberikan peningkatan modal dan pendapatan pada saat yang bersamaan. Perusahaan-perusahaan yang sehat bisa memberi para pemegang sahamnya yang memenuhi kedua criteria tersebut dengan membagikan deviden dan sekaligus mempunyai prospek pertumbuhan modal yang berkelanjutan.

Konsep Alokasi Aset ( Aset Allocation ) dan Diversifikasi.
Dalam pendekatan ini, ada dua mode. Yaitu :
Strategi Alokasi Aset ( strategic asset allocation )
Yaitu metode alokasi yang berfokus pada jangkauan objektifitas yang panjang untuk menetapkan perpaduan berbagai macam jenis asset. Contoh : Seorang investor memilih alokasi strategis dengan komposisi 60% saham dan 40% surat hutang. Sejalan dengan fluktuasi pasar, posisi investasi saham mengalami pertumbuhan ke level 70%. Pada titik ini, portofolio ini dapat diseimbangkan kembali dengan menjual 10% saham yang ada dan mengalokasikan dana hasil penjualan tersebut ke dalam bentuk surat hutang.
Alokasi Aset Taktis ( tactical asset allocation )
Yaitu metode pendekatan yang menggunakan perkiraan arah peregrakan pasar untuk merubah komposisi asset dalam portofolio. Alokasi ini menggunakan teknik seperti waktu pasar ( market timing ) yang melibatkan pemindahan dua bentuk asset berdasarkan perkiraan pergerakan pasar dan rotasi sector ( sector rotation ) yang digunakan untuk mengganti komposisi portofolio dari satu sector industri kesektor industri lainnya.
Dalam pembentukan sebuah portofolio, kita perlu memerhatikan bentuk-bentuk korelasi ( hubungan ) antara asset-aset pembentuk portofolio tersebut. Adapun jenis-jenis korelasi yaitu :
1. Korelasi positif, dimana dua asset atau investasi memberikan arah pergerakan harga/ tingkat pengembalian ( return ) yang sama.
2. Korelasi negatif, berlaku pada dua asset atau investasi yang memberikan tingkat pengembalian saling bertolak belakang satu sama lain.

Untuk mengurangi tingkat resiko sebuah portofolio dapat dilakukan dengan mengkombinasikan atau menambahkan ke dalam portofolio tersebut, asset-aset yang memiliki tingkat korelasi positif yang lemah. Teknik ini disebut DIVERSIFIKASI.

Konsep dasar dari batasan efisien adalah mengkombinasikan komposisi asset-aset pembentuk sebuah portofolio sehingga total pengembalian ( return ) portofolio bisa dicapai secara maksimum dengan batas toleransi resiko yang seimbang.
Contoh komposisi asset dalam portofolio dihubungkan dengan tingkat toleransi resiko yang ditanggung adalah sebagai berikut :

Toleransi rendah terhadap resiko ( low risk tolerance )
- 20% pokok tetap dan/atau asset setara kas
- 45% instrument berpendapatan tetap kualitas tinggi ( obligasi pemerintah jangka pendek atau menengah )
- 5% investasi berpendapatan tetap internasional
- 25% saham kategori bertumbuh dan pendapatan
- 5% saham internasional kategori bertumbuh dan pendapatan

Toleransi menengah terhadap resiko ( Moderate risk tolerance )
- 15% pokok tetap dan/atau asset setara kas
- 35% instrument pendapatan tetap kualitas tinggi dan instrument investasi dengan hasil tinggi.
- 5% asset internasional berpendapatan tetap
- 15% saham kategori bertumbuh dan pendapatan ( income stocks )
- 15% saham bertumbuh
- 5% saham dengan pertumbuhan agresif
- 10% saham international

Toleransi tinggi terhadap resiko ( high risk tolerance )
- 10% instrument berpendapatan tetap dan/atau asset setara kas
- 20% instrument berpendapatan tetap
- 10% instrument internasional berpendapatan tetap
- 10% instrument kategori bertumbuh dan pertumbuhan pendapatan ( income growth )
- 20% saham bertumbuh
- 10% saham dengan pertumbuhan agresif
- 15% saham internasional
- 5% asset berwujud ( tangible assets )

Metode Analisa Investasi
Dalam menganalisa sebuah investasi dapat dilakukan dengan berbagai pendapatan.
Secara garis besar pendekatan-pendekatan itu dapat disimpulkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
Pendekatan Analisa Teknis
Mereka yang menjadi pengikut analisa ini menyakini bahwa harga-harga yang dibentuk di pasar adalah merupakan cerminan dari gejolak emosi dan psikologis dari para pemain pasar modal itu sendiri. Gejolak-gejolak psikologis ini ( bullish atau bearish ) tercermin dalam bentuk grafik-grafik harga saham. Dengan kata lain menganalisa pergerakan harga-harga ( mis, saham )
Mereka yang menggunakan analisis teknis akan menggabungkan sejumlah factor pendukung lainnya yang bisa ditemui di pasar seperti misalnya : harga pergerakan indeks ( Benchmark ), volume transaksi, indicator-indikator yang berdasarkan perhitungan statistik, pola-pola pergerakan harga yang terbentuk di masa lalu
Setiap orang bisa menggunakan teknik analisa dan data yang sama tetapi yang membedakan hasil keputusan investasi adalah peranan psikologis dan interpretasi individu atas data atau grafik yang sedang di analisa.
Pendekatan Analisa Fundamental
Analisa ini menyertakan evaluasi yang mendalam terhadap tingkat suku bunga, produksi nasional bruto, inflasi, tingkat pengangguran, cadangan barang di pasar, kondisi ekonomi makro dan mikro, laporan keuangan perusahaan dan sejumlah aspek lainnya di luar analisa teknis.
Dari sudut pandang yang lebih kecil, analisa ini akan mengevaluasi posisi laporan keuangan dari perusahaan bersangkutan untuk memprediksikan pergerakan harga saham di kemudian hari atau prospek keuntungan yang bakal diraih oleh perusahaan emiten.
Dua pendekatan dari analisa Fundamental adalah
- analisa fundamental atas-bawah ( top down investing )
Dalam metode ini, investor berusaha untuk mengidentifikasi kecenderungan ( trend ) ekonomi secara menyeluruh dan kemudian memilih jenis industri dan perusahaan-perusahaan yang diperkirakan bakal mengikuti trend umum tersebut.
Mereka yang menganut ini akan menggunakan analisa.
 Kondisi ekonomi
a. Siklus usaha, melihat apakah perusahaan tersebut sedang dalam tahap ekspansi atau perbaikan (recorvery ), posisi puncak, kontraksi, atau resesi atau sedang terpuruk.
b. Kebijakan keuangan pemerintah, bagaimana tindakan pemerintah dalam pengambilan kebijakan-kebijakan moneter untuk menanggulangi keadaan resesi Negara, memerangi laju tingkat inflasi, dll.
c. Kebijakan fiscal, mengacu kepada kondisi apakah pemerintah akan meningkatkan atau mengurangi tingkat pengeluaran Negara, apakah akan terjadi peningkatan atau pengurangan anggaran, dan apakah terjadi perubahan dalam tingkat pengangguran.
 Kondisi industri, untuk menentukan jenis industri mana yang sedang berjalan bagus sepanjang kondisi ekonomi yang ada sekarang.
 Kondisi perusahaan, dimana tiga hal yang harus menjadi perhatian utama adalah :
a. posisi kompetitif perusahaan.
b. Prospek untuk pertumbuhan dan kestabilan management maupun tingkat penghasilan laba bersih.
c. Posisi keuangan perusahaan sekarang dengan mengevaluasi laporan-laporan keuangan dan melakukan perbandingan interen maupun perbandingan dengan perusahaan pesaing.
-analisa fundamental bawah-atas ( bottom-up investing )
Analisa ini, lebih kea rah pendekatan mikro, Investor yang menggunakan metode ini akan memburu saham-saham perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami tekanan jual di pasar modal dan terutama perusahaan-perusahaan yang harga sahamnya jauh di bawah harga wajar.

Nilai Instrinsic ( Instrinsic Value )
Nilai instrinsik adalah perkiraan nilai dasar dari satu sekuritas ( instrument investasi )
Sebuah saham dikatakan penilaian rendah ( undervalue ) apabila nilai intrinsic dari saham tersebut lebih besar dari nilai atau harga pasar saham itu saat ini. Dalam pandangan investor yang menggunakan analisa fundamental, kondisi saham seperti ini akan memberikan prospek yang bagus untuk dibeli dan ditahan sampai harga pasar mendekati harga wajar atau harga dasar saham tersebut ( Instrinsic Value )
Sebaliknya apabila sebuah saham memiliki nilai intrinsic yang lebih kecil dari harga yang diberikan pasar kepada saham tersebut, kondisi demikian disebut sebagai kondisi penilaian berlebih ( overvalue ) dan saham dengan kondisi seperti ini cenderung akan mengalami tekanan jual dalam waktu dekat dimana pasar akan berusaha membawa harga pasar yang ada sekarang untuk mendekati harga wajar dari saham itu.

Sumber:

FPSB ( Financial Planning Standards Board ) Indonesia, Fundamental of Financial Planning.

0 komentar: