THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 23 Agustus 2014

My Feel

Aku termenung dan duduk di kursi kayu dengan pinggiran dan penyangga besi, aku sendirian di taman yang sedang menggugurkan daunnya dan menundukan kepalaku seolah-olah membaca buku yang ada di pangkuanku. Tapi sebenarnya aku tidak membacanya, aku terlalu kalut untuk konsentrasi. Di depanku berjarak beberapa cm ada handy cam yang sudah di taruh di atas penyangganya. sudah aku atur sedemikian rupa. Aku sedang menunggu seseorang yang sempat singgah di hatiku. rasanya seperti ratusan tahun menunggu dia. "Georgia." sapa laki-laki itu lembut Aku tidak menoleh. laki-laki itu tersenyum kecil dan duduk di sampingku dengan mengambil jarak Aku diam,saat dia menghela napas setelah duduk. "Sebaiknya kita akhiri pertunangan kita." Aku menggenggam erat bukuku, dia bicara tanpa basa-basi. "Aku tahu ini kesalahanku. tapi aku sekarang sudah punya anak, dan aku tidak bisa tidak bertanggung jawab." Ingin rasanya aku memaki dan memukulnya tapi aku tidak bisa. Karena itu terlalu kotor untuuku selain itu ada nada menyesal di dalam suaranya. "Aku mencintaimu..." kata laki-laki itu, "tapi aku mencintaimu sebagai adikku." Hatiku Hancur. setelah apa yang aku lakukan demi dia selama ini dan inilah balasannya. "Maafkan aku." Laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arahku dan aku langsung menepisnya. "Pergilah." Aku ingin menangis tapi aku tidak ingin menangis di depan dia, terlalu menjijikan untukku. "Gi..." "Aku tidak mau menemuimu dan memanggil namaku lagi. Aku turuti kemauanmu." Aku menatap mata laki-laki itu. Laki-laki itu menatapku dan mengerti, dia sudah kenal aku sejak kecil dan dia paham tentang aku, dia tidak mengatakan apapun dan beranjak dari tempatku dengan langkah berat. "maafkan aku." Tangannya mengelus kepalaku untuk terakhir kalinya, aku terkejut. Dia juga tahu kalau aku sedang merekam semuanya karena dia tahu bahwa aku sedang sakit. Psikologku yang merupakan kakakku sendiri menyuruh aku merekam semuanya. dan laki-laki itu sadar bahwa dia meninggalkanku dalam keadaan sakit dan luka hati yang mendalam. Semua orang mengangggapku sakit tapi aku tidak merasa sakit aku hanya merasakan rasa kecewa yang mendalam, rasa sedih yang tak terhingga dan rasa perih yang tidak dapat diungkapkan. Aku ingin mengambil pistol yang ada di tasku tapi akal jerinhku mengatakan "JANGAN" akal jernihku mengatakan hidupku jauh lebih berharga daripada menyia-nyiakan hidup untuk orang yang tidak mencintaimu. Tapi aku ingin laki-laki itu jera akan perbuatannya dengan kematianku ini. Aku ingin menangis tapi aku terlalu gengsi untuk menangis, apa yang harus aku lakukan? "Georgia." suara laki-laki itu sangat tenang dan cemas. Aku menoleh, "dad." Daddy memelukku erat. "Good job girl." Aku membalas pelukan daddy dengan erat. Kak Sonia mengambil tas yang ada di kakiku dan mengeluarkan pistol lalu Kak Sam mematikan Handy cam yang ada di depanku dan Kak Ryo yang paling sulung berlutut di depanku. Semuanya tahu masalahku dan semuanya membantuku untuk keluar dari semua ini. Kak Sonia sengaja meletakan pistol di tasku (sepertinya pistol koong tapi itu g terpikirkanku saat emosi.) "Kalau kamu ingin menangis, menangislah." Kak Ryo menggenggam tanganku "Tapi perempuan secantik kamu tidak cocok menangis." Canda Kak Sam sambil menekan tombol rekam ulang. Aku tersenyum simpul. Terima kasih semuanya, aku mencintai kalian.